IKUTILAH PENGAJIAN KILATAN MALAM 1 MUHARAM 1434 HIJRIYAH BERTEPATAN DENGAN MALAM 15 NOPEMBER 2012

BERSAMA QORI' : UST. M.SHOLIHAN

DENGAN KITAB JAWAHIRUL LAMA'AH ( MENERANGKAN TENTANG AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMAAH)


TEMPAT PENDAFTARAN
 SEKRETARIAT PonPes HUDATUL MUNA  : JL YOS SUDARSO 10 B JENES BROTONEGARAN PONOROGO

HP :  0852 3397 7218 (Kang Mahfud)

         0852 3562 6082 (Kang Yusro)

         0821 43576984  (Kang Salim)


KONTRIBUSI : Rp 10.000,-

Sumber:  pondokjenes

Wungu Wungu!.... "kata seorang santri yang di beri tugas membangunkan teman temannya untuk segera bangun, dan melakukan kegiatan-kegiatan rutin di pondok. kang tri yang sedang berada di alam mimpi pun akhirnya harus pamitan, dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk bangun, "Matur nuwun".. sebuah kata keluar dari mulutnya sembari berjalan menuju padusan.
Tak lama kemudian setelah santri-santri kumpul di dalam masjid, kang rohman mengumandangkan Iqomah, dan sholat jamaa'ah pun segera di laksanakan.
Do'a dan wirid bersama menjadi kewajiban bagi santri setelah melakukan sholat berjamaah. dan tak lama kemudian kang agus segera menyiapkan meja ngaji khusus untuk pak kyai. kitab kuning, gundul tanpa harokat seperti menjadi makanan sehari hari bagi santri pondok, dengan khusyuk mereka menyimak, memberi makna pada kitabnya masing2. tak sedikit yang masih menggunakan tinta china yang sudah di gosok di cairkan dan dimasukkan ke dalam tempat khusus agar tinta tetap awet, dapat di gunakan esok hari.
Bahasa yang digunakan oleh pak kiyai ato pak ustadz untuk mengaji kitab kuning pun masih menggunakan bahasa jawa kerajaan, kebanyakan santri yang berasal dari luar jawa pun harus belajar mengartikan ke dalam bahasa indonesia, karna memang mereka belum paham arti dari kata kata yang di ucapkan oleh pak kiyai ato pak ustadz tersebut. namun situasi yang seperti itu tidak membuat surut semangat teman teman santri untuk menggeluti kitab kuning. terbukti dengan berapa lama mereka betah tinggal di pondok yang tak jauh dari pusat kota ponorogo ini.
Untuk menamatkan proses belajar di pondok ini membutuhkan waktu yang lumayan lama. karna di pondok juga di berlakukan sistem tingkatan pendidikan. seperti tingkat Ibtidaiyyah, tsanawiyyah dan 'aliyah. pernah di saat ngopi bareng, seorang teman mencoba mengutarakan uneg unegnya, "gimana kalau kita usul ke ustadz ustadz, kalau sistem belajarnya cukup 6 tahun aja". namun salah satu teman dengan antusias membalas usulan teman pertama tadi..."memang nya kamu bisa menguasai pelajaran yang biasa di ajarkan selama 9 tahun menjadi 6 tahun?... wong suruh hapalan aja masi belepotan".. betul juga ia.. "balas teman pertama".
Begitulah sekelumit cerita dari aktivitas teman-teman santri di pondok. semoga teman-teman santri yang lain segera menyusul, memberikan cerita ato artikel yang lebih menarik lagi, semoga pondok jenes tetap eksis dengan rutinitasnya, sehat dan semangat juga tetap selalu di hati santri-santri dan ustadz ustadznya.. Amin.


by : Poe
Sebetulnya tidak ada pembahasan khusus terkait hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, yang jatuh pada hari Jum’at. Hari raya adalah satu hal, dan hari Jum’at adalah hal lain. Akan tetapi ketika kita membicarakan seorang yang rumahnya sangat jauh dari masjid, apakah ia harus kembali lagi untuk menunaikan shalat Jum’at setelah di pagi harinya ia telah menunaikan shalat hari raya?

Seperti di zaman awal Islam, ada sahabat yang jarak rumahnya dengan Madinah sejauh 4 km, bahkan lebih dari itu, dan harus ditempuh melewati padang pasir dan ditempuh dengan jalan kaki. Apakah ia harus kembali lagi ke Madinah tanpa kendaraan untuk menunaikan shalat Jum’at? Kalaulah ia harus kembali menempuh perjalanan dari rumah ke masjid dan sebaliknya, sungguh melelahkan. Pertanyaan berikutnya apakah Islam tidak memberikan solusi?

Di sinilah kemudian timbul perbedaan pendapat. Pendapat pertama mengatakan, tidak perlu kembali ke masjid untuk menunaikan shalat Jum’at. Shalat Jum’atnya dapat dikerjakan di rumah dan menggantinya dengan shalat Dzuhur. Ini termasuk rukhshah atau keringanan dalam beragama.

Pendapat kedua mengatakan, kasus di Madinah di awal Islam itu bisa dijadikan alasan, tetapi apakah kita di Indonesia benar-benar mengalami nasib seperti itu? Bagi kaum Muslimin di Indonesia yang mayoritas NU, hampir di setiap dusun ada masjid, rata-rata kurang dari 1 km dan tidak melewati padang pasir.

Pendapat kedua inilah yang dipilih sebagian besar orang NU. Karena itu seorang Muslim harus kembali ke masjid untuk mengerjakan shalat Jum’at setelah paginya menunaikan shalat hari raya atau shalat Id.

Meskipun demikian, tidak sedikit yang mengikuti jejak golongan pertama. Dengan mengajukan kasus di Madinah, tidak perlu mengajukan alasan apapun seperti perbedaan geografis dan cuaca suatu negara. Yang jelas rukhshah itu patut disambut.

Imam Syafii seperti dikutip dalam Al-Mizan lis Sya’rani Juz I, mengatakan, jika kebetulan hari raya bertepatan dengan hari Jum’at maka bagi penduduk perkotaan kewajiban menjalankan shalat Jum’at tidak gugur dikarenakan telah menjalankan shalat Id. Lain halnya dengan penduduk desa (yang amat jauh), kewajibannya mengerjakan shalat Jum’at gugur, mereka diperbolehkan untuk tidak Jum’atan.

Dalam kitab yang sama disebutkan, pendapat Imam Syafii ini sama dengan pendapat Imam Abu Hanifah. Sedang Imam Ahmad mengatakan, tidak wajib Jumatan bai penduduk desa maupun kota dan gugurlah kewajiban Jum’atan sebab mereka telah mengerjakan shalat Id, hanya saja mereka tetap wajib mengerjakan shalat dzuhur. Malah menurut Imam Atha’ Jum’atan dan shalat dzhuhurnya gugur sekaligus, dan pada hari itu tidak ada shalat setelah shalat Id kecuali shalat ashar.

Hadits tentang rukhsah ini diriwayatkan oleh Zaid bin Arqam berikut ini:

قال: صَلَّى الْعِيْدَ ثُمَّ رَخَصَ فِي الْجُمْعَةِ، فَقَالَ: مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ

Rasulullah menjalankan shalat Id kemudian memberikan rukhshah untuk tidak menjalankan shalat Jum’at, kemudian beliau bersabda," Siapa ingin shalat Jum’at, Silakan!" (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ad-Darami serta Ibnu Khazimah dan Al-Hakim).


KH Munawir Abdul Fattah
Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
(Persoalan ini diulas oleh penulis dalam buku "Tradisi Orang-orang NU")


Sumber: NU Online
Download:
Bedug Takbir Lebaran Mp3
Bedug Takbiran Mp3
Takbiran Mp3



HAFLAH AKHIRUSSANAH SANTRI
Pada tanggal 14 Agustus 2009 Pondok Pesantren Hudatul Muna 1 mengadakan acara Haflah Akhirussanah, di mana dalam acara ini telah di khatami:
1.Santri kelas VI Ibtida'iyah Madrasah Diniyah "Miftahul Huda"
2.Santri kelas III Tsanawiyah Madrasah Diniyah "Miftahul Huda"
3.Santri kelas III 'Aliyah Madrasah Diniyah "Miftahul Huda"
4.Santri pengajian kitab Ihya' 'Ulumuddin (Karangan Imam Al-Ghozali) 

Acara di mulai dengan pra Acara oleh MC pra Acara yang di pegang oleh mbak Siti Fatimah

Pra Acara yang pertama di isi dengan hafalan Nadhom Nahwu Jawan oleh santri kelas IV Ibtida'iyah.

Setelah itu di bagikan hadiah-hadiah bagi pemenang lomba-lomba yang telah di adakan oleh panitia beberapa hari sebelum acara pengajian.

Setelah pembagian hadiah di lanjutkan dengan pembagian syahadah bagi santri-santri yang dikhatami, dengan di iringi shalawat satu persatu santri di panggil dan maju ke atas panggung.
 
banyak santri yang berasal dari luar ponorogo, sebagian besar dari Sumatra dan sebagian lagi dari daerah jawa timur di luar ponorogo.

di mulai dari khatam kitab ihya' ulumuddin, kemudian kelas III 'Aliyah, kelas III Tsanawiyah dan terakhir siswa kelas VI Ibtida'iyah.

Setelah pra acara selesai sambil menunggu para hadirin, maka group hadrah kontemporer assuban mengisi acara dengan membawakan beberapa buah lagu shalawat. Suara vokalis yang enak ternyata banyak menyita perhatian para hadirin. Hadirin yang sebelumnya masih duduk-duduk dekat jalan raya berduyung-duyung masuk dan duduk di kursi yang telah disediakan oleh panitia.

Setelah para hadirin dan undangan hadir, maka acara di mulai dengan mc Supriyanto.
Setelah acara pembukaan oleh mc, kemudian acara di lanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an oleh Ust. Muhammad Ghufron. Suaranya yang melengkung meliuk-liuk melantunkan ayat-ayat al-Qur'an membuat suasana menjadi hening. 

Setelah pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an, maka acara di lanjutkan dengan sambutan-sambutan, dimulai dari Ketua Panitia, Pengasuh Pondok (KH. 'Abdul Qodir), dan kemudian Bapak Bupati.

Acara yang berikutnya adalah Istirahat. acara ini di isi dengan hiburan oleh group hadrah dari Pondok Pesantren Hudatul Muna sendiri. Dengan vokalis Rohmanudin dan Mahmud membuat acara lebih bersemangat. Di lain posisi panitia sibuk membagikan kotak snack kepada hadirin yang hadir. 

Setelah acara istirahat selesai maka acara inti pun tiba yaitu Ceramah atau Mau'idoh Hasanah oleh Bapak KH. Muhajir dari Bojonegoro.

Acara seperti ini di adakan setiap tahun, yaitu setiap bulan rajab. Bagi para alumni yang ingin bertemu kangen dengan para alumni lain bias dating pada acara ini. 
Assalamu'alaikum

Alhamdulillah akhirnya tercapai juga keinginan kita membuat sebuah Blog, semoga dengan blog yang sederhana ini kita semua dapat saling merekatkan tali silaturahmi, saling berbagi ilmu, informasi, ato tips&trik yang menarik, dan membangun baik dalam segi apapun. Kepada Alumni yang ingin memberikan sumbangan artikel, silahkan kirimkan ke email:  pondokjenes@gmail.com Kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi kebaikan blog yang kita cintai ini, semoga Allah meridhoi langkah kita, Amin.

Wassalamu'alaikum